![]() |
| Inilah Situs yang berisi Fitnah Kepada Suharto |
Selama puluhan tahun para antek-antek PKI/orang-orang yang mengaku Sukarnois menebar fitnah seolah-olah Suharto pernah ditangkap dan hampir dipecat oleh Jenderal Nasution saat menjabat sebagai Pangdam Diponegoro ditahun 1959. Selama puluhan tahun cerita seperti ini terus ditiupkan hingga benar-benar tertanam dalam benak para generasi muda yang memang tidak memahami sejarah secara utuh. Seperti ucapan bung Karni Ilyas, setelah berjalan selama puluhan tahun akhirnya cerita bohong seperti ini akan dianggap sebagai sebuah "Kebenaran" oleh generasi selanjutnya.
Pada tulisan ini penulis ingin membuktikan bila cerita tentang Suharto yang "katanya" pernah ditangkap dan hampir dipecat oleh Jenderal Nasution adalah Fitnah dan itu sebuah kebohongan publik. Penulis menganggap cerita seperti ini sengaja dikarang-karang agar tuduhan atau fitnah mereka terhadap Suharto sebagai dalang dari peristiwa G30S/PKI menjadi relevan karena secara historis mereka ingin membukikan kalau Suharto memiliki latar belakang yang buruk. Tujuan dari fitnah-fitnah ini adalah agar Suharto semakin dibenci oleh rakyat Indonesia.
Menurut cerita yang mereka karang, diceritakan bila saat menjabat sebagai Pangdam Diponegoro, Suharto melakukan tindak kejahatan pidana yang menggelapkan perlengkapan militer, menjual pentil ban bahkan melakukan penyelundupan beras yang dilakukan bersama-sama dengan Liem Sie Liong. Diceritakan bila saat itu Ahmad Yani yang masih berpangkat Kolonel berhasil mengungkap kejahatan Suharto dan Jenderal Nasution sebagai atasan mereka dari Mabes merasa marah besar. Diceritakan juga bila Jenderal Nasution saat itu sempat menggampar Suharto atas perbuatannya.
![]() |
| Ini Situs Fitnah seolah-olah Pranoto pernah diwawancarai |
Dari cerita yang dipaparkan dalam situs tersebut (penulis pernah mendengar cerita seperti ini ditahun 70an lalu saat dunia internet belum dikenal) penulis melihat suatu kejanggalan dan keanehan. Penulis berusaha mencari bukti lewat tahun kejadian dari tiap jenjang karier Suharto.
Berikut adalah kejanggalan yang ditemukan penulis.
1. Dikatakan bahwa kejadian tersebut terjadi ditahun 1959, 17 Oktober.
Dari catatan karier Suharto penulis menemukan bila Suharto melepas jabatannya sebagai Pangdam Diponegoro pada akhir bulan Oktober 1959 dan memasuki pendidikan Sesko Militer. Lalu pada tanggal 1 Januari 1960 Suharto dilantik sebagai Brigjen. Disini penulis merasa heran dan aneh, kog bisa seorang prajurit yang terbukti bersalah melakukan tindak pidana kriminal mendapat promosi kejenjang yang lebih tinggi ?
2. Pada tanggal 1 Januari 1960 Suharto dinaikan pangkatnya menjadi Brigjen
Melihat tanggal penangkapan Suharto yang terjadi pada tanggal 17 Oktober 1959 lalu dinaikan menjadi Brigjen pada tanggal 1 Januari 1960, penulis melihat suatu kejanggalan yang sangat fatal. Penulis melihat karier yang sangat cepat, hamya dalam tempo 73 hari setelah peristiwa penagkapan Suharto mampu memperoleh promosi kepangkatan yang terbilang cukup fantastis yaitu mampu menembus jenjang Perwira Tinggi. Kita semua tentu tahu bila jenjang Perwira Tinggi adalah jenjang kehormatan yang hanya diisi oleh orang-orang yang dianggap kredibel dan memiliki kapasitas yang cukup mumpuni dibidangnya.
3. Ditahun 1961 bulan Desember Suharto memperoleh kenaikan pangkat menjadi Mayjen.
Melihat rentang waktu kejadian penangkapan Suharto hingga pelantikannya menjadi Mayjen bahkan dipromosikan sebagai Panglima Trikora, penulis semakin merasakan suatu kejanggalan yang sangat masiv. Lalu muncul sebuah pertanyaan, "begitu bodohkah para petinggi ditubuh TNI AD sehingga mempromosikan prajuritnya yang jelas-jelas telah melakukan tindak pidana kriminal bahkan mengapresianya dengan 2x kenaikan pangkat lalu diberi jabatan yang cukup strategis sebagai Panglima Perang untuk suatu tugas yang paling vital saat itu yaitu merebut Irian Barat ?".
Disini penulis melihat bila para antek-antek PKI/orang-orang yang mengaku Sukarnois berusaha mengaitkan waktu kejadian dengan jabatan saat kejadian, tapi mereka melupakan rentang waktu yang dibutuhkan serta posisi terakhir yang dicapai. Untuk lebih jelasnya penulis akan menerangkan sebagai berikut ; Jenderal Gatot Subroto menjabat sebagai Pangdam Diponegoro dari tahun 1949-1952, lalu Suharto menjabat dari tahun 1956-1959 yang dilanjutkan oleh Pranoto pada tahun 1959-1961. Cerita dikarang-karang seolah-olah Jenderal Gatot Subroto sebagai mantan Pangdam Diponegoro dianggap sebagai senior yang dituakan dan dihormati. Sebagai orang yang dituakan dan dihormati Jenderal Gatot Subroto turut campur dalam kasus Suharto dan memberi saran agar Suharto diberi "pembinaan" karena memiliki potensi yang cukup besar. Disini penulis merasa "Lucu" karena perbuatan tindak pidana kriminal dianggap sebagai tindakan indisipliner biasa. Yang lebih lucu lagi dari tulisan itu, justru orang yang dahulu "katanya" pernah menangkap dan memecat Suharto mempromosikan Suharto untuk menjadi Panglima Trikora. Itu karangan cerita bohong yang paling naif yang pernah dibaca penulis.
Dari kronologis sejarah penulis melihat kalau si pembuat cerita fitnah sengaja mengambil momen saat-saat promosi Suharto untuk naik kejenjang karier yang lebih tinggi. Melihat masa jabatan para Pangdam Diponegoro yang berkisar antara 2 tahun hingga 4 tahun maka kepindahan Suharto ditahun 1959 adalah sesuatu yang wajar karena beliau telah menjabat selama 3 tahun. Mereka mengabaikan promosi jabatan yang terjadi sesudahnya yang cukup cepat untuk seorang prajurit yang memiliki catatan kriminal.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah "Mungkinkah Suharto yang ditangkap pada tanggal 17 Oktober 1959 dengan pangkat Kolonel mendapat promosi jabatan yang begitu cepat hingga menjadi Mayjen pada bulan Desember 1961 ? Saat itu Suharto dipersiapkan menjadi Panglima Komando Trikora.
Gunakan Nalar & Logika anda dalam memahami dan menilai cerita fitnah tersebut...!!
By; Elya Agustiati

